Aseng sedang mengemudikan mobil hijau kesayangannya, model yang hanya satu2nya dikota ini. Bukan karena tipe keluaran terbaru dari pabrikan, tapi karena mobil paling tua dikotanya shg ga ada lagi yang berani pake. Mobil2 angkot aja yg biasa suka ugal2an di jalan cenderung menjauh kala bertemu mobilnya, dan sopir2 angkot akan memandang ngeri dan pucat kala mobil Aseng mulai mendekati mereka di perempatan lampu merah. Aseng adalah peranakan Tionghoa yg sejak lahir sudah tinggal di Indonesia, bahkan kakeknya pun sejak kecil sudah tinggal di Indonesia. Hanya nasibnya yang kurang beruntung dibandingkan teman2 se-sukunya yang lain, yang sudah jadi bos semua. Ada yang punya warnet sendiri, konter HP sendiri, toko komputer sendiri dan sebagainya. Sedangkan dia hanya punya istri sendiri, anak2 sendiri, bon hutang sendiri, dan rumah sewa yang mendekati masa tenggang. Tapi ternyata dia tidak merasa sedih2 amat karena dilingkungan tempat tinggalnya ternyata banyak juga peranakan yang senasib dengannya. Walaupun pekerjaannya sebagai mekanik mobil disebuah bengkel swasta (emang ada bengkel pemerintah?? ) hanya pas2an dan kadang mesti nombok.
Suatu hari sambil memikirkan berbagai tips memanfaatkan gaji bulanannya yang pas2an itu, ia menyetir mobilnya dgn santai. Sampai di belokan yang jalannya agak menurun dia lupa mengatur kakinya utk ngerem di awal2, maklumlah otaknya yg hanya sekelas Pentium II dgn memori hanya 64Mb dipaksa mencari ide2 halal. Dia ngerem mendadak krn tiba2 kilap Toyota Vios baru didepan membuyarkan lamunannya. Dia bernafas lega krn mobilnya tidak sempat mencium pantat sedan baru itu. Tapi lain pula pendapat si pemilik Vios baru yg punya figur bapak2 pejabat perut buncit. Bapak itu keluar dari mobilnya dan meminta Aseng utk bersama2 kepinggir.
“Kan ga kena pak??” tanya Aseng kala sudah ditepi jalan, karena dia melihat bagian belakang Vios itu masih baru mengkilap tak ada setitik nodapun menempel, apalagi goresan.
“Kamu diam aja lah, ku periksa dulu. Tadi kurasakan hentakan kedepan waktu kamu tabrak kok, siapa tau diluar mulus di dalamnya ada yg ringsek!!” kata bapak itu garang.
Aseng hanya melongo membiarkan lalat mengincar mulutnya yang terbuka mendengar jawaban si bapak. Teman yang duduk disamping bapak itu turun, dan rupanya orang Tionghoa juga.
Bapak itu sibuk membuka tutup bagasi belakang dan memeriksa bagian dalam. Bahkan mengintip ke kolong mobil.
Karena merasa aneh, Aseng bertanya pada si teman yg ikut bapak itu.
“Padahal diluar mulus tanpa goresan, apa mungkin didalam bisa rusak?”
“Biasalah, dia kan kepala di salah satu departemen yg bertanggung jawab atas keamanan kota ini. Lagian kamu kan orang Tionghoa.” bisik teman itu saat bapak itu agak menjauh memeriksa depan mobil.
Apakah bapak itu merasa Aseng telah menguasai jurus silat “Sembilan matahari” yg konon pernah dipendam Kwee Ceng di dalam Golok Naga?? Sehingga dengan tanpa menyentuh bemper belakang Vios tenaga dalamnya akan cukup kuat untuk memporak-porandakan isi mobil? atau pun membengkokkan seksi bawah mobil? Memikirkan itu, prosesor di kepala Aseng yang cuman Pentium II 64Mb makin hang. Apakah karena dia orang Tionghoa maka cukup layak utk diperas dgn alasan tetek bengek yang di cari2 supaya ada?? Atau apakah bapak itu merasa Aseng sudah mengeksplorasi pantat mobilnya (walaupun touchless) maka akan bisa berefek sampai kedepan mobil, jadi harus bayar?
Ternyata Tuhan masih memihak Aseng, bapak itu menyerah karena mobil barunya benar2 baru dan tak ada lecet sedikitpun luar dalam. Akhirnya tanpa basa basi sibapak masuk kedalam mobil dgn nomor plat 1 itu dan melaju pergi meninggalkan Aseng yang merasa beruntung tidak jadi dianggap menguasai jurus “Sembilan Matahari”. Dan prosesor Pentium II 64 Mb di kepalanya memunculkan satu pertanyaan…
“Kalau bapak itu seorang pimpinan (di departemen yg katanya bertanggung jawab atas keamanan kota ini) sebegitu jenius, bagaimanakah tingkat intelektual anak buahnya?? Bagaimana pula tingkat keamanan kota ini?” Sambil bergidik Aseng cepat2 pulang ke rumah memeriksa keamanan rumahnya dari kunci, gembok, sampai rante pagar.
wakakaaka, Cy bisa azaaaaaa…..
Jurus sembilan matahari milik Kwee Ceng yang ternyata juga dikuasai oleh Aseng, sungguh menakjubkan. Bisa dikirim ke Hanna ga ya lewat saluran energi jarak jauh, hehehe. Agar jika kelak Hanna menghadapi masalah yang sama bisa menggunakannya juga, hehe.
CY : Kalo wanita lebih cocok yang “Ciu Im Cin Keng (jurus Sembilan bulan)” hihihi… 😆
Ah, saya milih 9 mataharinya Tiger Wong ajah, lebih keren.
Btw, bapaknya mang bener-bener jenius ya? 🙄
tuh bapak buncit, ternyata belum jadi Boss gede, masak mobilnya cuma vios 😛
pasti belum lihai korupsi, jadinya cuman dapet vios,
atau malah sengaja biar gak dicurigain KPK, he he he
CY : Mana tau Vios itu kado buat selingkuhannya kan bisa aja hihihi…
mungkin dianggap pelecehan seksual kalee…. sudah memandangi mobilnya tanpa ijin 😆
CY : Iya tuh, sudah nyentuh2 pantat mobilnya dianggap pelecehan seksual pada benda mati (emang bisa??) hihihi….
bapak yg aneh.
jenius kan beda tipis sama idiot
Asli lucu……
bapak nya terlalu jenius jadi saking jeniusnya sampe luber mendekati idiot alias ONENG, hahahahahaha
Huh! tak mau aku pake jurus bulan. entar malah jadi bulan2an. hehe.
@Hilda
hahaha… setuju banget
@Indra1082
mungkin “the thin red line” yg membatasi hal itu di otak terputus Ndra hehehe…
@Hanna
Ga bisa Han.., kalo kamu belajar yg 9 matahari ntar jadi tomboy loh.. wakakakaka…. 😆
Wakaka, aya-aya naon euy 😆
Kaya-nya si Bapak mesti di-tatar tujuh turunan deh baru ngeh
CY : Herannya kok bisa terpilih jadi pimpinan Mus?? Mekanisme seleksinya itu gimana ya?? Nanti penjahatnya udah lari lewat pintu samping, dianya masih ngotot mengepung pintu depan wakakaka… 😆
waaaahhhh.. bisa aja deh ciwayyy,,
Duh, pimpinan instansi kayak gitu enaknya sih ditabrak kencang dari samping, jangan dari belakang, biar langsung KO…
CY : Hahaha… jgn dong, kesian ama istri, anak, dan selingkuhan2nya 😀
orang jaman sekarang hebat-hebat ya. bisa menyimpulkan hal seperti itu..
*geleng-geleng*
[…] mencoba membayangkan org2 yg membuat kriteria miskin itu, Aseng jadi teringat kembali pada si “bapak Vios” yg legendaris di otaknya itu . Dan Aseng pun mengangguk-angguk paham darimana asal usul […]
nama saya muhammad munif, mahasiswa UNESA Bojonegoro tk 2 bhs inggris, panggilang saya aseng
CY : Memang banyak org yg bernama Aseng bro… 😆