Malam ini bulan berwajah pucat, sesekali bersembunyi malu dibelakang awan mendung yang memerah terkena cahaya kota. Seribu sinar neon menerpa langit, seakan berteriak dengan angkuh bahwa merekalah mentari kedua. Entah kenapa malam ini angin dingin juga berkenan ikut meramaikan suasana. Leon merapatkan jaketnya supaya angin malam tak ikut berpesta menggerayangi tubuhnya. Hari ini ada audit di toko tempatnya bekerja, dan seperti biasa akan menyita waktu pulangnya sampai jam 9 malam. Untuk menghemat waktu ia mengambil jalan pintas melewati gang kecil persis 3 blok setelah tempat kerjanya. Malam ini sebenarnya ia ingin menikmati langit tak berpagar diatas sana, meresapi cahaya bintang yg hampir kalah dgn cahaya kota, menikmati sisa kenangan indah dulu seperti yang biasa ia lakukan, tapi ternyata cuaca tak bersahabat. Hujan sudah terlalu lama tak berkencan dengan bumi. Ia jalan bergegas seiring harapan agar hujan tak tertarik untuk berkencan dengannya.
Di ujung gang dia berpapasan dengan sepasang muda-mudi yg kelihatannya tidak diburu waktu, mungkin kalo kehujanan lebih romantis, demikian pikir Leon dalam hati. Dia tidak akan banyak perduli andai saja matanya tak menangkap bayangan wajah cantik luar biasa saat berpapasan dengannya, dia terpaku berdiri ditempatnya sejenak. Membayangkan wajah cantik yang barusan.
Ah.., mirip sekali, desahnya. Tapi ditepisnya pikiran itu karena gadis yg barusan dilewatinya tidak mungkin orang yang selama ini dia rindukan. Orang yang sudah meninggal tak mungkin hidup kembali kan? Ia melanjutkan kembali langkahnya, hanya saja kali ini disertai keraguan dan hasrat utk melihat kembali kebelakang. Ia menoleh juga akhirnya. Terlihat olehnya gadis itu bersama kekasihnya sedang bercanda riang seakan tak perduli dgn mendung yang menggantung dilangit. Cinta memang membius. Setidaknya Leon ikut terbius sejenak oleh rambut panjang terurai gadis itu yg modelnya begitu mirip dengan seseorang yg dulu pernah menjalani skenario kehidupan bersamanya. Seseorang yg belum tergantikan sampai sekarang, dan entah sampai kapan.
Ia menghela nafas, kembali melanjutkan langkah. Hanya beberapa langkah dia kembali harus menoleh, kali ini bukan karena penasaran terhadap wajah cantik itu. Bukan, bukan itu… yang membuat dia berpaling dan berdiri kaku adalah teriakan histeris gadis itu. Dari kejauhan ia melihat enam bayangan hitam mengelilingi pasangan tersebut. Bayangan yg lebih kekar segera memperkenalkan diri dgn kepalan yg melaju cepat ke wajah pemuda tersebut. Serangan tersebut berhasil ditangkis, dan pemuda itu membalas dgn pukulan yang lebih cepat. Wajah si kekar tergetar sejenak menerima serangan itu, setengah detik kemudian sebuah sapuan kembali bersarang di kakinya. Tentu saja si kekar langsung terjerembab ke depan. Melihat itu kelima kawannya langsung mengeroyok. Dari kejauhan Leon memejamkan mata sambil menggelengkan kepala, pemuda itu jelas bukan tandingan enam hantu gang itu. Semenit kemudian pemuda itu sudah menjadi bulan-bulanan para hantu itu. Walaupun dilihat dari gelagatnya pemuda itu menguasai bela diri namun tidak begitu mahir dan kalah jumlah. Sikekar menghampiri si gadis yang sedang ketakutan sambil cengar-cengir.
“Biarkan gadis itu, kalian cuman perlu uangnya kan??” kata Leon yg sudah menghampiri lokasi penyiksaan itu.
Mendengar itu si kekar menoleh sambil tersenyum mengejek, “Kalo aku bilang perlu gadis ini juga, kau bisa apa rupanya??”
Leon tersenyum sambil menatap kebawah, tiba2 wajahnya terangkat dan senyumnya hilang,”Berarti kamu harus mengakhiri jatah hidupmu di bumi ini.” desisnya setengah berbisik.
Sebenarnya Leon merasa lelah dan tak ingin ikut campur, tapi seperti biasa hatinya tak tega. Apalagi wajah si gadis begitu mirip, seakan2 yg berada disana adalah Fenny yg telah pergi 5 tahun yg lalu. Melihat gadis itu hendak di perkosa seakan2 melihat Fenny yg mengalaminya. Darahnya mendidih. Logikanya mengabur, tak perduli apakah ia bisa mengalahkan enam hantu yg telah malang melintang bertahun-tahun tanpa ada yang berhasil menangkap mereka.
Melihat ada yang ikut campur, kelima hantu yang lain meninggalkan korban mereka dan menghampiri Leon sambil tertawa. Gerimis mulai menetes ketika pertarungan tak seimbang itu dimulai, satu persatu mereka berkenalan dgn kepalan Leon. Bergiliran pula mereka mencium tanah atau dinding kotor gang itu. Tapi tentu saja itu hanya sebentar, menit berikutnya giliran Leon yg dibanting ke tong sampah terdekat. Ia meraba kepalanya yang sakit, ternyata sudah basah oleh darah. Tiba2 tangannya terpegang sesuatu, keras dan dingin. Potongan besi pagar yg ujungnya melengkung. Semangatnya bangkit kembali. Hantu yang paling pendek datang menghampiri dengan sebuah tendangan. Leon yg masih terduduk mengayunkan besi itu ke selangkangannya, sipendek mengaduh dengan suara tertahan. Dengan cepat besi itu berpindah tempat ke leher si pendek, Leon menarik sekuat tenaga sambil mengangkat lututnya. Leher si pendek yang nyantol di besi ikut tertarik cepat dan wajahnya menghantam lutut Leon. Ketika wajah si pendek masih dalam jangkauan, besi segera terayun menghantam keras kepalanya. Si pendek jatuh semaput entah mati entah pingsan, yang jelas ia menemani Leon dalam hal basah-basahan kepala dgn darah.
Leon bangkit berdiri dgn besi berujung melengkung ditangan. Kelima hantu yg lain segera mengeroyok dengan cepat. Dentingan besi beradu dengan pisau terdengar ramai. Leon mengamuk tanpa menghiraukan nyawanya, satu persatu hantu itu jatuh semaput bersimbah darah. Gerakan tubuhnya seperti tarian malaikat maut ditengah derasnya hujan dan kegelapan malam. Suara hujan menjadi orkestra yang mengiringi, seperti steroid yang meresap kedalam aliran darah memompa semangatnya untuk mencapai batas tertinggi kekuatan dan kecepatan fisik seorang manusia. Si kekar sudah terlebih dulu terpuruk di pojok mengerang kesakitan, kaki kanannya mungkin patah terkena pukulan besi Leon yang disertai tenaga hasil latihan Tai Chi sejak kecil. Salah seorang yang paling jangkung ternyata cukup berisi, pantesan mereka bisa malang melintang sedemikian lama. Walaupun Leon cukup terlatih namun tenaganya mulai habis. Tiba-tiba si jangkung menendang ke arah kaki kanan Leon. Dalam kagetnya ia mencoba menghindar, ternyata itu hanya tipuan karena tak sampai setengah detik pisau di tangan kanan si jangkung telah meluncur kearah lambung. Begitu cepat datangnya sehingga Leon hanya sempat berkelit sedikit, dan pisau bersarang di perut. Sambil berkelit tadi Leon sempat menghantamkan kepalannya ke bahu kanan sijangkung, “krak” demikian suara bahu retak si jangkung. Hantu jangkung itu mundur sambil mengerang kesakitan, sementara Leon masih berdiri kokoh ditengah hujan seakan pisau yg menancap diperutnya itu hanya mainan pesulap kondang.
Jerih melihat ketangguhan Leon, keenam hantu gang tersebut terseok-seok pergi sambil menyeret luka-lukanya. Untung saja mereka cepat pergi, karena kekokohan Leon hanya samaran semata. Sepeninggal keenam hantu itu, Leon langsung ambruk seperti pohon kelapa di terpa badai. Tenaganya sudah habis, ia berdiri kokoh tadi dgn sisa tenaganya berharap ke enam preman tadi ketakutan dan strateginya berhasil. Gadis dan pemuda itu ternyata sudah tak terlihat. Ah.., seandainya ia bisa melihat lagi wajah cantik itu. Sejenak ada rasa kecewa krn sudah berkorban sedemikian banyak hanya karena kemiripan wajah, malah setelah itu ditinggal sendiri antara hidup dan mati seperti ini. Tapi biarlah, pikir Leon. Ia rela kok, lagian kalo si gadis masih disini dan dia kalah maka sia2lah bantuannya. Lebih baik juga begitu daripada tadi ia tinggal pergi dan menjadi pikiran terus sepanjang tahun dirundung penyesalan karena membiarkan para berandalan itu memangsa si gadis. Lagi pula tanpa Fenny selama 5 tahun ini rasanya hampa. Begini pun lebih baik, setidaknya ia tidak mati sia-sia karena bunuh diri.
“Ayo cepat lari sebelum berandalan itu kembali dgn teman2nya.” Sayup-sayup terdengar suara pemuda yg di keroyok tadi. Ternyata mereka masih disana dan bersembunyi di sudut gelap.
“Jangan, kita harus membawa orang ini dulu kerumah sakit. Ia sudah menolong kita, mana mungkin dibiarkan sekarat begini.” Terdengar suara si gadis yang kurang setuju.
“Ga keburu Lin, berandalan itu pasti akan kembali dengan lebih banyak orang dan kita hanya mati sia-sia kalau harus membawa orang ini. Lagian siapa suruh dia sok jago ikut campur.”
“Kamu kok keterlaluan gitu sih? Dia kan sudah berkorban nyawa menolong kita.”
“Terserah, kalau kamu tak mau pergi. Aku pergi duluan, sampai jumpa…” kata pemuda itu sambil melangkah pergi. Gadis itu berlari mengejar sambil mengomel. Dan gang itu kembali sunyi.
Hujan sudah berhenti, suara tetesan digenangan air berubah menjadi nada-nada yang mencekam. Bintang-bintang kembali muncul menghias langit, dan Leon menikmatinya sambil terbaring lemah menatap langit. Akhirnya ia bisa menikmati malam penuh bintang, seperti yang dulu sering ia lakukan saat Fenny masih ada. Ia masih ingat ketika ada bintang jatuh dan buru2 minta Fenny memejamkan mata untuk membuat keinginan dalam hati.
“Apa keinginan dalam hatimu Fen?” tanya Leon penasaran kala itu.
“Mmm…, menikmati saat2 paling indah bersamamu” bisik Fenny dgn senyum yang bisa menjatuhkan rajawali dari langit.
“Haduuhh…, gadis bodoh. Kenapa ga minta sembuh dari komplikasi jantung mu??” kata Leon gemas.
“Bukankah secangkir arak berumur ratusan tahun lebih nikmat dari sepuluh cangkir arak biasa??” kata Fenny mengulang kata2 yang pernah diucapkan Leon. “Jadi, mendapat kesempatan sehari saja menikmati saat2 terindah sepanjang hidup bersamamu lebih berharga daripada seratus tahun kehidupan biasa.”
Ahh…, kata-kata itu terngiang-ngiang kembali ditelinga Leon saat ini. Ia memejamkan mata dgn damai, “Fen, aku sudah siap bertemu kembali denganmu.”
.
.
.
Hidungnya mencium bau parfum yang biasa dipakai Fenny sambil berpikir, “Apakah aku telah berada di surga? Apa surga itu memang wangi seperti ini?”
Ia membuka matanya dan sebuah wajah bulat telur tertangkap penglihatannya yang masih kabur. Wajah itu makin lama makin jelas sehingga Leon bertanya kaget,”Inikah surga Fen? Akhirnya kita bertemu juga setelah sekian lama.”
“Kamu di rumah sakit, dan saya bukan Fenny. Dari semalam kamu terus menyebut2 nama Fenny namun tak kunjung siuman.” Gadis itu berkata lembut sambil tersenyum. Ternyata ia gadis yang ditolongnya dua malam yang lalu.
“Maaf.” Leon menghela nafas kecewa. “Oh ya, teman lelakimu mana?”
“Kami sudah putus saat saya ngotot kembali utk menolong kamu. Istirahatlah dulu, tak usah membicarakan orang tak tahu berterimakasih seperti itu.”
Bermacam rasa bercampur aduk dalam hatinya. Antara rasa senang dan ragu. Senang karena gadis itu ternyata tidak meninggalkannya sendiri. Ragu karena sulit memutuskan apakah ia harus meninggalkan dunia ini utk bertemu Fenny di alam sana, ataukah tetap disini mencoba peluang untuk menjalani kehidupan dengan duplikat gadis itu. Wajah yang benar2 sangat mirip, bahkan parfum yang dipakai juga sama. Apakah ini hadiah keajaiban dari Tuhan untuknya? Tapi, belum tentu gadis itu tertarik padanya, mungkin ini hanya sekedar balas jasa. Entahlah, sekarang ia terlalu lelah untuk berpikir. Yang jelas ia tak akan menyia-nyiakan peluang ini. Ia harus sembuh. Matanya dipejamkan dan ia tertidur dalam keyakinan. Setidaknya ia sudah memilih…
aku yang lemah tanpamu
aku yang rentan karena
cinta yang tlah hilang darimu
yang mampu menyanjungku
selama mata terbuka
sampai jantung tak berdetak
selama itupun aku mampu
untuk mengenangmu
darimu kutemukan hidupku
bagiku kaulah cinta sejati…
bila yang tertulis untukku
adalah yg terbaik untukmu
kan kujadikan kau kenangan
yang terindah dalam hidupku
namun takkan mudah bagiku
meninggalkan jejak hidupmu
yang tlah terukir abadi
sebagai kenangan yang terindah
Kenangan Terindah,
By Samson
*sigh*
Akhirnya sempet bikin cerpen, berdarah2 lagi hehehe… 😆
Mana ada Mas pelangi di ujung Malam….Kalau sore hari ada sih…(eh cuma Jok aja kok)
Salam
CY : Eh hehehe… namanya juga sastra. Mentari juga bisa tersenyum kalo dalam karya sastra. 😆
haduuuuuh… bener-bener berdarah-darah.. huhuhuhuhu
Malam ini angin tidak lewat, rupanya ia lelah, setelah seharian mengembara…. malam ini tidak ada yang dirindu lagi karena pelangi tidak pernah terbit dimalam hari. Ia terbit disenja hari…
Jadi CY, judulnya tolong direvisi … 🙂
Ujung malam itu adalah pagi hari
” … Istirahatlah dulu, tak usah membicarakan orang tak tahu berterimakasih seperti itu…. ”
terima kasih atas nasehatnya CY …
@Chic
😆
@Rindu
Angin juga bisa lelah ya? Pelangi dimalam hari adalah sebuah keajaiban, bertemu orang yg berwajah sama bahkan parfum juga sama adalah sebuah keajaiban juga. Jadi nyambung kan judulnya? 😆
judulnya kayak judul novel…
CY : Oh ya?? Novel karangan siapa ya? pengen juga nyari di Gramed. 🙂
alangkah merdunya suara hujan. Biasanya hujan selalu menghantarkan kenangan masa lalu ke dalam ingatan kita.
Cerpen yang bagus. Situasi hujannya sudah indah, namun entah kenapa adegan pertarungan itu agak ganjil. Mungkin karena jaman sekarang ini saya jarang melihat ada orang yang bisa bertarung dengan jurus –jurus seperti itu (kecuali di film –film). Saya pikir ini bukan adegan perkelahian biasa.
Coba kalo dibuat se-alamiah mungkin, yang tak bisa diduga –duga, dan Leon tak dipaksakan menjadi seorang hero. Dan bukankah sebuah akhir tak selalu semudah yang dibayangkan. Indah banget kayaknya.
Two tumbs up ! ditunggu cerpen yang laennya ya ! XD
*menggemari cerpen dan novel*
o iya, mas CY..boleh minta izin nge add id YM nya?
terima kasih ^_^
CY : Terimakasih utk kritik membangunnya, ini nih yg saya perlukan utk pengembangan diri. Sebenarnya saya mau berhenti di saat Leon terkapar dan memejamkan mata, cuman sepertinya nanti banyak yang kecewa dgn sad ending. Dan memang sih dipaksakan banget tuh endingnya hehehe… nice critics. Boleh aja di add ID saya di fireblade_8th@yahoo.com 🙂
justru saya ini suka dengan ending yang menggantung atau sad ending sekalian.
aneh juga ya.
karena menurut saya, happy ending yang terlalu dipaksakan justru mengganggu seni-nya kisah secara keseluruhan.
klo saya yang buat kisah ini, akan saya hentikan cerita disaat Leon berada di ambang kematian dan memperlihatkan kegamangan perasaannya.
O iya, dulu saya cukup sering membuat cerpen yang aneh juga (pengaruh dari buku yang dibaca barangkali). Saya membuat cerpen mengenai seorang laki -laki depresi karena mengalami serangkaian kegagalan hidup, dalam karir dan cinta. Karna dia kesepian, dia sering dihantui oleh sebuah perasaan bersalah atas sebuah insiden di masa lalu; yaitu kematian seorang gadis kecil (sahabat karibnya yang dicintainya).
Dan, malah saya menghentikan cerpen itu di saat si tokoh utama berada dalam ambang kematian setelah tertabrak mobil di jalan raya. Dan dalam ambang kematian itu dia mengenang kembali insiden masa lalunya dan dalam alam tak sadarnya dia bertemu seorang gadis yang membawanya pergi -berjalan menuju arah matahari tenggelam. Ternyata tubuhnya hanya bayangan karna sebetulnya dia telah mati…
hah, cerita yang pesimis, aneh, dan terlalu suram. jadi saya putuskan tak akan membuat yang seperti itu lagi walau menyukainya
senang bisa share dengan anda ^_^
lain kali, buat cerpen lagi ya. saya juga ada cerpen yng di publish di blog kok, ada sekitar 4 cerpen yang super pendek. tapi masih jelek.
CY : Wah alur ceritanya inspiratif tuh… bagus kok. Kadang memang kita harus menuruti imajinasi liar saat berkarya dan tak bisa terpaku pada ending sesuai harapan publik hehehe… 🙂
Namanya juga cinta,bekorban sampai titik penghabisan.Walaupun hanya kemiripan wajah.(kayak di sinetron2 aza).Hanya perlu satu menit untuk menghancurkan seseorang,satu jam menyukai seseorang,satu hari untuk mencintai seseorang tapi mebutuhkan seumur hidup untuk melupakan seseorang,Memiliki kemiripan wajah,wangi parfum.Tapi hati mungkinkah juga kemiripan(mencintai org yang sama)?
Sekedar nanya aza he..he…
CY : Akhirnya kamu koment juga ya Ling hihihi…
Memang betul, bahkan sudah terlahir kembali pun ingatan itu kadang masih terbawa2. Kalo dari ilmu psikologi sih, pemilihan tipe parfum yg sama paling tidak ada bbrp sifat yg sama. 😀
*menikmati*
Lanjutan kisahnya kapan nih? 😆
aih…saya jadi terbawa dalam kisah ini. tapi soal pahlawan
kesiangankemaleman yang akhirnya nemu cewek ini rada klise. mengingatkan saya akan komik-komik jepun..tapi alurnya bagus dan cara pendeskripsiannya sudah oke. saya jadi ngilu nih pas baca si leon ketusuk.. 🙄
@Dana
Udah tamat kok Dan 😆
@cK
hohoho… pahlawan kemaleman 😆
btw, thanks utk kritiknya 😉
Just to find your shoulder when I sleep … CY kemana aja sih?
saya serasa jadi sang pendekar, berdarah-darah, lalu mendapatkan pengganti bidadari impian, ah terimakasih telah membuat saya terhibur siang ini 🙂
^_^ plok.. plok.. plok…!!!
Keren.. keren.. keren..
Duh.. apalagi ya yang bisa menunjukkan sebuah kekaguman.
Tadinya saya ogah baca blog yang panjang-panjang, tapi baca cerpen ini, mood baca saya jadi ngalir lagi…!!
salam kenal
@Rindu
Spt biasa, kadang di ruangan kadang di jalanan
@Warmorning
Terimakasih juga. 🙂
@insansains
Terimakasih dan salam kenal kembali. 🙂
siapapun gadis itu, aku seperti mengenalnya. Dan Leon, siapapun dia, aku juga pernah mengenalnya. Tapi….di mana ya? ufhh, cerpennya seru. asyik. dan aku berdoa, semoga lelaki yang tak tahu berterimakasih itu jangan lagi datang pada hidup si gadis, seseorang yang rasanya sangat kukenal….
CY : Uhukk.. uhukk, jadi penasaran nih kok anda bisa mengenalnya. Jadi pengen tau nih siapa orangnya kok bisa kebetulan banget sama kisahnya. 😀
cinta cinta…semakin dikejar semakin membuat gila
tapi kalaiu dibiarin kan kasihan kalau sia sia…
*lari*
Somehow i missed the point. Probably lost in translation 🙂 Anyway … nice blog to visit.
cheers, Cyanosis!
Belom pernah ngeliat pelangi di ujung malam tuh. Adanya juga pelangi di ujung gang. Hahahhaaa…
Tapi ngerti sich mksdnya… (sotoy bgt gw yahh)
Gw sih masih penasaran tuh sama ke 5 hantunya, braninya kroyokan, kalo ketemu gw masukin gentong trus gw klepakin satu2, gw cabutin giginya, bandel yah,,, malem2 keluyuran ganguin org, gw hukum sejuta tahun lu di gentong deh.
keren y