Feeds:
Pos
Komentar

Beramal atau menerima amal??

Secara umum pilihan dalam hidup ini hanya ada dua. Hitam atau putih, benar atau salah, sedih atau senang dan seterusnya. Mungkin itu sebabnya lambang Tao adalah bulatan yg terbelah dua ditengahnya oleh kurva setengah lingkaran. Warnanya pun hitam dan putih.

Eh, kok jadi lari ke Tao.  :mrgreen:

Sebenarnya begini, dalam kehidupan ini kita selalu ditawari dua hal utk dipilih. Salah satunya ttg beramal. Nah mana yg lebih suka anda pilih?? Beramal atau menerima amal?

Sekarang coba kita soroti mayoritas penduduk Indonesia,  akan kita temui mayoritas lebih suka menerima amal. Lihat saja pembagian zakat, sembako gratis, dan lain sebagainya. Yang antri berjibun sampai ada yg mati terinjak segala. Bahkan orang yg berkecukupan juga ikut2an “menjarah” beras gratisan yg dibagikan.

Sebenarnya maksud saya dgn artikel ini adalah,  mental sebagai “penerima amal” itu yg harus diubah.  Sekali mindset kita di format sebagai penerima maka seterusnya akan ketagihan. Memang tidak mudah, karena saya sendiri sampai jungkir-balik berusaha menjadi pihak yg beramal dan bukan penerima amal.  Setidaknya saya harus bekerja dulu baru boleh menerima imbalan.   Dalam pikiran saya cuman ada satu hal

 “Orang yg beramal adalah orang kaya/berkecukupan dan penerima amal adalah org miskin”

Mungkin terkesan sombong yach.., tapi sebenarnya itu mindset yg bagus. Ada teman yg bilang, “Lha ente sih enak, jabatan punya, gaji berkecukupan mana mau lagi nerima sumbangan2 begituan.”  Tentu saja yg bilang begitu itu teman baru. Kalo teman seperjuangan dari masa kuliah dulu tau sekali kalo pernah sehari cuman makan sekali itupun hanya mie instan.  Tapi walau begitu setiap ada “acara” pembagian beras gratis atau materi yg sifatnya amal saya melarang diri berpikir utk menerimanya.

Tetap miskin bukanlah cita-cita yg pantas dilestarikan, maka jangan pernah mengharapkan sumbangan amal.

Mau pilih mana?  Beramal atau menerima amal?

🙂

Balada di Samsat

Baru-baru ini motor tua saya tiba waktunya utk diperpanjang STNKnya. Sebab waktu beli masih nama orang lain, maka di wajibkan untuk balik nama dan sekalian mengganti BPKB-nya dgn yg baru. Seperti biasa proses berjalan hingga tiba saatnya STNK sdh bisa diambil dan BPKB sebulan kemudian baru bisa selesai.

Saat meneliti STNK ternyata ada 3 huruf dari nomor rangka yg tidak tercetak di sana. Oleh petugas di Samsat diinformasikan akan dikoreksi saat pengambilan BPKB.  Saya punya insting (dan biasanya 80% akurat),  jangan-jangan BPKB pun bakal terjadi kesalahan cetak di bagian nomor rangka-nya.  Sebab itu saya sekalian mengingatkan bapak Polisi yg bertugas di bagian tersebut agar jangan terjadi kesalahan juga di BPKB (dan ternyata peringatan tersebut percuma saja).

Saat pengambilan BPKB sebulan kemudian ternyata firasat saya benar. Nomor rangka di STNK kurang 3 huruf sedangkan yg di BPKB kurang 1 nol. Gemes sekali rasanya melihat kinerja petugas2 Samsat tersebut. Pantaslah negara ini sering dihina saudara serumpunnya Malaysia (lho kok jadi ke sana arahnya, hihihi…)

Sebagai umat Buddhis yg baik dan sekaligus ras yg sudah menjadi rahasia umum di negara ini sebagai “layak di peras karena terlahir dgn image kaya (atau bakal kaya dan sebagainya)”, saya mencoba mengurus sendiri lagi koreksi kesalahan tsb karena di sana saya lihat poster bertuliskan “CALO ?  NO WAY!!”

Hari pertama mengurus koreksi kesalahan STNK dan BPKB.

Di pagi hari yg cerah (kalau tak mau dibilang panas menyengat) saya pergi ke Samsat. Saya mendatangi dan bertanya pada Customer Service yg cakep dan manis serta putih berambut panjang (halah…) lalu diarahkan ke loket bagian BPKB. Setelah bersopan-santun sejenak saya sodorkan BPKB yg kurang nol-nya tsb. Pak polisi berseragam yg duduk di sana menelitinya kemudian meminta saya datang kembali jam 12 siang hari karena sekarang sedang ramai.

Daripada menunggu siang hari sekalian saja saya uruskan dulu koreksi yg STNK. Saya beranjak ke loket STNK lalu di arahkan oleh ibu Polwan disana ke lantai 2 bagian “filing STNK” melalui pintu yg ada secure code nya, dan harus menunggu org yg dari dalam mau keluar barulah saya bisa masuk.

Sampai di lantai 2 langsung saya cari bagian Filing STNK.

“Oh, bukan di sini pak. Untuk koreksi harus ke bagian Komputer.”

Saya pun beranjak ke bagian komputer yg pintunya terbuka sedikit. “Oh, kalo yg ini ke bagian STNK di loket bawah”, jawab bapak2 yg duduk di sana dgn ramah.

Dengan jidat yg mulai lembab saya turun kembali ke lantai dasar ke loket STNK. Di loket STNK saya informasikan pada ibu Polwan yg tadi bahwa dari atas diminta ke loket STNK utk koreksi.

“Coba kamu berikan pada CS (Customer Service) yg baju biru disana supaya STNKnya dibawa ke ruang pengetikan utk dikoreksi. “

Dengan patuh saya berjalan ke meja Customer Service yg cakep dan manis serta putih berambut panjang tadi.

“Oh, ini di loket ujung sana pak. Yang dekat pembelian formulir utk masukin STNK.”  Saya ditunjukin loket di ujung yg berlawanan dgn loket STNK tadi.

“Tapi ibu Polwan tadi minta saya ke CS supaya dibawa ke ruang pengetikan, bukan ke loket ujung sana” jawab saya.

“Kami hanya mengarahkan pak, tidak ikut membawa.”

Ya sudah, krn CS masih terlihat manis dan menggemaskan saya mengalah saja. Saya pergi ke loket ujung. Sudah saya duga pasti saya akan di “tendang” lagi ke tempat “antah berantah” tak jelas.  Saya di minta masuk kembali ke ruangan yg ada secure code-nya. Tapi kali ini ternyata di beri fasilitas kawalan oleh petugas polisi yg baik hati dan cakep (buaangett…) agar tidak tersesat lagi seperti bola. Dan sampailah di tempat yg benar.

Setelah menunggu 10 menit, STNK selesai dikoreksi. Ternyata hanya ditambahin 3 huruf di depan nomor rangka.

“Lho, bukannya diganti dgn STNK baru pak?” Saya bertanya.

“Oh bukan pak, kalo ganti STNK mesti beli formulir lagi di loket luar.”

Dalam hati saya berpikir,” Bukannya ini kesalahan kalian, masa saya yg harus beli formulir lagi keluar biaya dan waktu??”

Namun saya memilih tidak ngotot, karena menang atau kalah tetap Samsat yg menang, ngabisin waktu dan energi saja kalo ngotot minta gratis (betulkan pemirsa??). Maka utk meyakinkan legalitasnya saya minta tambah cap dari kepolisian. Dalam hati saya berpikir, “Okelah, nanti 5 tahun kemudian kan diganti lagi STNK dgn yg baru, dan saat itu mudah2an tidak salah ketik lagi.”

Pffff…….,  urusan STNK selesai.

Dan waktu-pun menunjukkan pukul 12 siang. Saya kembali ke loket BPKB.

“Besok sudah bisa diambil ya pak, krn besok jumat maka ambilnya kira2 jam 14.oo” begitu jawaban dari petugas.

Keesokan harinya saya mampir di Samsat tepat pukul 14.oo.  Customer Service yg cakep dan manis serta putih berambut panjang yg semalam sudah tak kelihatan di tempat. Sedang istirahat mungkin. Hampir semua loket kosong, syukurlah masih ada orang di loket BPKB.

Dalam hati saya berpikir,”Masa jumatan sampe jam segini belum masuk?”

Setelah bersopan-santun saya bertanya, dan ternyata BPKB sdh selesai di koreksi.  Koreksinya hanya dihapus bagian yg salah dgn penghapus bolpen lalu di print ulang. Serta terlihat kasar dan bisa jadi di kemudian hari saya yg dituduh mengobok2 BPKB tersebut.

“Koreksinya hanya begini ya mbak? Ga ada cap atau apa gitu yg menyatakan bahwa ini koreksi dari pihak Samsat?” saya bertanya heran.

“Memang seperti itu pak,”

“Wah, kalo begini saat saya mau jual kan pembeli jadi sangsi. Jangan2 saya dikira sindikat pencuri motor yg bikin BPKB palsu.”

“Ga mungkinlah pak, minta aja pembelinya cek ke sini.”

“Jiaaahh… mbak, yg namanya pembeli mana mau ribet2 gitu. Melihat gitu aja udah batal.  Lha kalo suatu hari saat saya perpanjangan STNK di sini terus ditanya kenapa saudara mengubah2 sendiri buku BPKB ini, gimana mau saya jawab?”

“Ya ga mungkinlah pak kami bertanya spt itu krn kami yg koreksi.”

“Mungkin saja mbak, kan tahun2 mendatang bisa saja petugas di sini pindah ke jabatan lain diganti dgn petugas baru”, jawab saya mulai gemes.

“Ini software samsat-nya khusus pak, printer dan hurufnya beda sendiri jadi tak bisa ditiru”, seorang petugas lain yg kebetulan datang ikut menimpali.

“Ya Pak kan ga mungkin tipe printer spt ini tak ada di pasaran dan cuman dibuat khusus utk Samsat.”  Saya yg background IT dan sehari2 berurusan dgn hardware dan software IT merasa spt dipecundangi anak kecil dgn jawaban spt itu.

“Ya namanya juga manusia pak, bisa salah ketik krn yg dikerjakan juga beribu-ribu buku.” kata petugas Samsat tsb minta pemakluman.

Dalam hati saya berpikir,”Memang betul manusia tak luput dari salah, tapi kalo sdh sadar salah ya diganti dong semuanya dgn buku BPKB yg baru tanpa biaya dan dgn pelayanan yg maksimal.  Ini mau minta cap pertanda sah (bahwa itu koreksi dari Samsat) saja tak bisa.”

“Ini software khusus yg dibuat utk Samsat pak. Jadi tak ada yg bisa sama tulisannya.” petugas yg wanita mencoba meyakinkan.

Ya sudahlah, sayapun pasrah dan berjalan pulang.

Mudah2an di reinkarnasi berikutnya saya tak terlahir lagi di negara seperti ini.

Metoda Dasar Meditasi Bag.1

Artikel tentang Meditasi ini dibagi dalam 3 bagian. Semoga sahabat sekalian cukup rajin untuk menyimaknya sampai habis. Artikel ini saya kutip dan terjemahkan dari Situs http://www.jhanagrove.org.au/meditation.html

ditulis oleh Ajahn Brahm.

1.Perhatian terus menerus pada keadaan sekarang

“Tujuan dari meditasi ini adalah keheningan yg indah, dan kejernihan pikiran.”

Meditasi adalah jalan mendapatkan pelepasan. Dalam meditasi seseorang melepaskan kerumitan2 duniawi dengan tujuan mencapai kondisi yg tenang tenteram di dalam diri. Dalam semua tipe ilmu kebatinan dan tradisi, ini dikenal sebagai jalan setapak menuju pikiran yg murni dan kuat. Pengalaman pikiran murni, terlepas dari duniawi, adalah sangat luarbiasa dan bahagia. Sering dalam meditasi diperlukan usaha keras pada awalnya, tapi dgn punya keinginan bertahan dalam kerja keras tersebut dgn mengetahui akan membawa kita menuju pengalaman memasuki kondisi yg sangat indah dan penuh arti. Akan sepadan dgn kerja keras kita. Sudah hukum alam bahwa tanpa usaha maka tak akan mendapat hasil. Tak perduli orang biasa atau biksu, tanpa usaha tak akan kemana2 baik itu dlm meditasi ataupun hal lain.

Hanya usaha saja tentu tidak cukup. Usaha perlu dilakukan dgn keahlian. Artinya mengarahkan energi anda di tempat yg tepat dan mempertahankannya disana sampai tugas selesai. Usaha yg disertai keahlian tak akan mengganggu anda, melainkan menghasilkan kedamaian yg indah di kedalaman meditasi. Dalam rangka mengetahui kemana usaha anda akan diarahkan, mesti punya pemahaman yg jelas ttg sasaran utama dari meditasi. Sasaran meditasi ini adalah keheningan yg indah, penghentian dan kejernihan pikiran. Jika bisa mengerti sasaran tersebut maka tempat utk meletakkan usaha anda, atau bisa diartikan mencapai sasarannya, akan menjadi sangat jelas.

Usaha tsb. Di arahkan ke membiarkan, utk mengembangkan pikiran yg cenderung menuju pelepasan. Satu dari sekian banyak sabda yg sederhana tapi sangat bermanfaat dari Guru Agung Buddha adalah “Meditator yg pikirannya cenderung menuju pelepasan gampang utk mencapai Samadhi”. Meditator yg demikian hampir otomatis memperoleh kondisi kebahagiaan di dalam. Sabda Sang Buddha menjelaskan bahwa penyebab utama untuk mencapai meditasi yg dalam sehingga mencapai kondisi yg kuat adalah kemauan utk melepaskan, merelakan dan meninggalkan. Selama meditasi, kita tak boleh mengembangkan pikiran yg memegang pada suatu hal, melainkan kita mengembangkan pikiran yg mau utk melepaskan kemelekatan akan hal-hal, melepaskan beban. Diluar meditasi kita harus membawa beban dari banyak tugas-tugas kita, seperti begitu banyak kopor yg berat, tapi waktu meditasi tak perlu begitu banyak kopor yg dibawa. Jadi, dalam meditasi dilihat berapa banyak bawaan yg bisa kita tinggalkan. Pikirkan hal2 tersebut sebagai beban kelas berat yg menekan anda. Lalu anda harus punya sikap yg tepat utk meninggalkan benda2 tersebut, melepaskan mereka dengan bebas tanpa melihat lagi kebelakang. Kemauan, sikap, pergerakan pikiran seperti ini yg menuju kepada penyerahan, inilah yang akan menuntun anda ke dalam meditasi yg dalam. Walau selama tahap awal meditasi, coba apakah anda dapat menghasilkan energi pelepasan dari kemelekatan, kemauan utk melepaskan hal-hal sejauhnya, dan sedikit demi sedikit sikap pasrah akan muncul. Saat anda membuang sejauh2nya hal2 di pikiran maka akan terasa lebih ringan, tanpa beban dan bebas. Dalam cara meditasi, pelepasan hal-hal ini akan muncul dalam tahapannya langkah demi langkah.

Anda boleh melalui tahap inisialisasi awal dengan cepat jika memang diinginkan, tapi berhati-hati bila melakukannya. Terkadang, ketika melalui tahap awal terlalu cepat, anda akan temukan bahwa persiapannya belum lengkap. Seperti membangun ruko dengan fondasi yg lemah. Strukturnya akan naik dengan cepat, namun turunnya juga cepat. Jadi lebih bijaksana menghabiskan lebih banyak waktu di fondasinya, membangun dasar yg kokoh dan stabil. Sehingga saat beralih ke tahapan lebih tinggi, yaitu kondisi meditasi yg membahagiakan, maka akan stabil dan kokoh juga. Setiap mengajarkan meditasi, saya suka mulai dari tahap yg paling sederhana yaitu melepaskan semua bawaan dari masa lalu dan masa depan.  Anda boleh berpikir ini hal yang mudah dilakukan, terlalu mendasar. Namun bila anda memberi kemauan penuh dalam hal ini, tidak mendahului ke tahap meditasi yang lebih tinggi sampai tercapai sasaran mempertahankan perhatian pada saat sekarang, ke depannya anda akan temui bahwa anda telah membentuk fondasi yang sangat kokoh untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.

Membuang masa lalu artinya tidak memikirkan pekerjaanmu, keluargamu, komitmenmu, tanggung jawabmu, sejarahmu, saat2 buruk atau indah di masa kecil.., anda melepaskan semua pengalaman masa lalu dengan menunjukkan ketidak tertarikan pada hal-hal itu. Anda menjadi seseorang yg tanpa sejarah selama waktu meditasi. Bahkan tidak terpikir anda datang darimana, lahir dimana, siapa orangtua dan latar belakang pendidikan anda. Semua sejarah itu dilepaskan dulu dalam meditasi. Dengan cara ini, semua org yg ada dalam retreat meditasi menjadi sama, hanya seorang meditator. Menjadi tak penting sudah berapa tahun anda bermeditasi, seorang pakar atau pemula. Jika anda melepaskan semua sejarah maka kita semua akan menjadi sama dan bebas. Kita membebaskan diri dari perhatian2 ini, persepsi dan pikiran yg membatasi kita dan menghambat kita mengembangkan kedamaian dalam pelepasan. Jadi tiap bagian dari sejarahmu biarkan lepas, bahkan sejarah ttg apa yg dialami selama retreat, bahkan ingatan akan hal yg baru terjadi bbrp saat lalu. Dengan cara ini, anda tidak membawa beban dari masa lalu ke masa sekarang. Apapun yg baru terjadi anda tak tertarik lagi dan anda lepaskan. Tidak mengijinkan masa lalu berkumandang dalam pikiranmu.

Ada orang bilang masa lalu dapat dijadikan pelajaran untuk menemukan solusi. Namun, anda harus paham disaat menatap pada masa lalu anda melihat melalui lensa yg terdistorsi (kotor). Apa yg anda pikirkan, dalam kenyataannya tidak seperti yg anda pikir. Itu sebabnya orang2 berdebat tentang apa yg sebenarnya terjadi, walaupun baru bbrp saat lalu. Sering terjadi saat polisi menyelidiki kecelakaan lalu lintas yg walau baru terjadi setengah jam lalu, dua saksi mata yang berbeda, dua-duanya jujur, akan memberikan kesaksian yg berbeda. Ingatan kita tak cukup layak dipercaya. Jika anda sadar betapa tak bisa diandalkannya ingatan kita, maka anda tak akan menghargai pemikiran akan masa lalu. Lalu boleh anda lepaskan. Boleh anda kuburkan, seperti mengubur orang yang telah meninggal. Letakkan dalam peti mati dan kuburkan, atau di kremasi, lalu selesai sudah. Jangan bergantung ke masa lalu. Jangan dibawa lagi petimati kejadian2 lalu di kepala anda. Kalau masih dilakukan hanya memperberat diri sendiri dengan beban yg tak seharusnya untuk anda. Biarkan masa lalu pergi dan anda akan mampu terbebas di saat sekarang.

Demikian juga dgn masa depan, antisipasinya, ketakutan2nya, rencana2nya, dan pengharapan2, biarkan semua itu lepas. Sang Buddha pernah bersabda tentang masa depan, “Apapun yg engkau pikir akan terjadi, selalu akan berbeda dengan yg engkau pikir. Bagi yg bijak masa depan adalah tak pasti, tak diketahui dan tak bisa ditebak. Cukup bodoh rasanya untuk mengantisipasi masa depan, dan senantiasa memboroskan waktu utk memikirkan masa depan dalam meditasi. Saat anda bekerja dgn pikiran, anda akan temukan bahwa pikiran itu aneh. Ia bisa melakukan hal2 yg ajaib dan tak terduga. Sangat umum bagi meditator yg mengalami saat2 sulit mencapai kedamaian, duduk sambil berpikir, “Lagi-lagi jam-jam penuh frustasi”. Walau mereka mulai berpikir spt itu, antisipasi kegagalan, hal yg aneh muncul dan mereka masuk ke dalam meditasi yg damai.

Baru2 ini terdengar seseorang dalam 10 hari pertama retreat-nya. Setelah hari pertama tubuhnya ngilu disana-sini dan ingin pulang. Gurunya berkata,”Tinggallah sehari lagi dan rasa sakit akan menghilang, saya jamin.” Maka dia tinggal sehari lagi, rasa sakit bertambah parah sehingga ingin pulang lagi. Gurunya mengulangi,”Sehari lagi rasa sakit akan hilang”. Dia tinggal sampai hari ketiga dan rasa sakit bertambah parah. Selama sembilan hari, saat sore dia menghadap gurunya dengan penuh kesakitan, minta pulang dan gurunya akan berkata,” Sehari lagi rasa sakitnya akan hilang,” Sungguh diluar dugaan dia, di hari terakhir saat dia mulai duduk pertama kali utk pagi itu, rasa sakitnya hilang! Dan tidak kembali lagi. Dia bisa duduk cukup lama tanpa rasa sakit lagi. Dia sangat takjub akan keajaiban pikiran dan bagaimana pikiran bisa menghasilkan sesuatu yg tak terduga. Jadi anda tidak tau akan masa depan, bisa jadi masa depan itu aneh dan sama sekali diluar dugaan. Pengalaman seperti ini memberi anda kebijaksanaan dan keberanian membatalkan semua pikiran tentang masa depan dan semua dugaan.

Saat anda meditasi dan berpikir,”Berapa menit lagi harus dijalani?” Berapa lama lagi harus kutahan ini?” itu pertanda anda mengembara lagi ke masa depan. Rasa sakit mungkin hilang dalam beberapa saat. Saat berikutnya mungkin kebebasan. Anda tidak bisa mengantisipasi apa yg akan terjadi. Saat dalam retreat, setelah bermeditasi dalam banyak sesi, anda mungkin berpikir tak ada satupun sesi yg cukup bagus meditasinya. Di sesi meditasi berikutnya anda duduk dan semuanya menjadi penuh kedamaian dan mudah. Anda berpikir “Wow! Sekarang saya bisa meditasi!” Tapi yg berikutnya kembali jelek. Apa yg terjadi ?” Guru meditasi pertama saya memberitahu sesuatu yg terdengar agak aneh. Kata dia tak ada meditasi yg buruk. Dia benar. Semua meditasi yang anda sebut buruk, frustasi dan tidak memenuhi harapan anda, semua meditasi itu adalah saat anda berusaha keras untuk “gaji” yg akan anda terima.

Seperti seseorang yg pergi bekerja sepanjang hari Senin dan tak mendapat uang di penghujung hari tersebut. “Untuk apa saya lakukan ini?”, pikirnya. Dia bekerja sepanjang Selasa dan kembali tak mendapat apapun. Satu lagi hari yg buruk. Sepanjang Rabu, sepanjang Kamis, dan masih tak ada hasil dari kerja kerasnya. Empat hari yg buruk berturut-turut. Kemudian datanglah Jumat, dia melakukan kerjaan yang sama dan di penghujung hari itu boss memberi dia bayaran. “Wow! Kenapa tak setiap hari menjadi hari gajian?!”

Kenapa tak setiap meditasi menjadi hari gajian?” Sekarang pahamkah anda persamaannya? Dalam meditasi yg sulitlah anda membangun prestasi anda, dimana anda membangun penyebab kesuksesan. Sembari berusaha mencapai kedamaian dalam meditasi yg sulit, anda membangun kekuatan, momentum untuk mencapai kedamaian. Kemudian bila sudah cukup kualitas2 yang bagus, pikiran akan beranjak ke meditasi yang bagus dan rasanya seperti “hari gajian”. Dalam meditasi2 yg buruklah kebanyakan usaha-usaha yg anda lakukan. Dalam retreat baru2 ini di Sidney, selama waktu interview, seorang wanita memberitau saya bahwa dia pernah marah pada saya sepanjang hari, tapi untuk dua alasan yang berbeda. Dalam meditasi terdahulunya dia mengalami waktu yang sulit dan marah pada saya karena tidak membunyikan bel lebih awal untuk menghentikan meditasi. Dalam meditasi berikutnya dia memasuki kondisi kedamaian yang indah dan marah pada saya karena terlalu cepat membunyikan bel. Padahal sesi-sesinya semua sama panjang, satu jam pas. Jadi tak bisa salahkan guru karena membunyikan bel.

Inilah yang akan terjadi saat anda merencanakan persiapan untuk masa depan, dengan berpikir,” Berapa menit lagi bel akan berbunyi?” Itulah saatnya anda menyiksa diri sendiri, anda memikul beban berat yg seharusnya bukan urusan anda. Jadi berhati-hati jangan membawa kopor yg berat berisi “Berapa menit lagi akan berakhir?” atau “Mau ngapain lagi berikutnya?” Jika itu yang anda pikirkan berarti anda tidak memperhatikan hal2 yang sedang terjadi saat ini. Anda bukan sedang bermeditasi itu namanya. Anda kehilangan alurnya dan sedang mencari masalah. Dalam kondisi meditasi jagalah perhatian anda terhadap masa sekarang, pada titik dimana anda bahkan tak tau hari apa itu atau jam brapa, pagi? Sore? – tak perlu tau! Yang perlu anda tau adalah momen apa sekarang ini — saat ini! Dengan cara ini anda tiba di skala waktu biara yang indah dimana anda sedang bermeditasi saat ini, tidak menyadari berapa menit sudah berlalu atau yang masih tersisa, bahkan tidak ingat hari apa.

Dulu, saat menjadi biksu muda di Thailand, saya bahkan lupa tahun berapa saat itu! Luar biasa hidup dalam dunia tanpa waktu, dunia yang bebas dari kendali waktu seperti dunia normal dimana kita berada sekarang. Dalam dunia tanpa waktu, anda mengalami saat ini, sama seperti makhluk bijaksana yg telah mengalami saat yang sama ini selama ribuan tahun. Selalu seperti ini, tiada beda. Anda masuk ke dalam kenyataan sekarang. Kenyataan sekarang bagus sekali dan mempesona. Saat anda melepaskan semua masa lalu dan masa depan, rasanya seperti anda hidup kembali. Anda disini, anda sadar. Inilah kondisi pertama dari meditasi, kesadaran ini hanya terhadap saat ini. Mencapai sampai sini, anda sudah melakukan hal yg bagus. Anda sudah melepaskan beban pertama, yg menghentikan meditasi mendalam. Jadi berusaha keraslah untuk mencapai kondisi pertama ini sampai benar-benar terbentuk kokoh. Selanjutnya kita akan memoles kesadaran saat ini kedalam kondisi kedua dari meditasi — kesadaran hening saat ini.

Raja Abadi

Dahulu kala, hiduplah seorang raja yang baik dan cinta damai. Masyarakat pada kerajaan tersebut saling menyayangi seperti satu keluarga besar. Mereka semua menghormati raja dan menjulukinya Raja Abadi.

Nama besar Raja Abadi tersebar sampai ke seluruh pelosok. Namun, reputasinya membuat raja tetangga yang memerintah iri hati. Raja tetangga ini memutuskan untuk berperang melawan Raja Abadi serta menaklukkan kerajaannya.
 
Ketika berita tersebut sampai ke istana Raja Abadi, para menteri menasehatinya untuk mempersiapkan perang sebaik-baiknya, tetapi raja menentangnya, “Perang itu kejam. Pihak mana pun yang menang, banyak orang yang akan benar-benar menderita dan tewas. Jika kita berperang dengan kerajaan tetangga, kerajaan kita akan jadi porak-poranda dan akan timbul kebencian yang tidak ada habis-habisnya. Saya akan turun takhta sebagai pertukaran untuk kehidupan yang damai bagi rakyatku.”

Dengan mengabaikan protes dari para menteri, raja dan puteranya, sang putra mahkota, pergi ke daerah pegunungan yang jauh dan menjalani hidup yang terpencil. Kemudian raja yang baru mengambil alih kerajaan tersebut tanpa perlawanan sedikit pun. Namun ia tetap merasa takut kalau sewaktu-waktu Raja Abadi akan kembali untuk merebut kerajaannya. Untuk mencegah hal tersebut , ia mengumumkan bahwa ia akan bermurah hati memberi hadiah kepada siapa pun yang dapat menangkap Raja Abadi.

Pada suatu hari, raja abadi berjumpa dengan pengembara yang sedang beristirahat di bawah pohon. Lalu ia bertanya kepada pengembara itu, “Kamu kelihatan sangat kurus dan lelah. Dari mana asalmu?” “Saya berasal dari negara yang sangat jauh, Saya sedang tertimbun dengan hutang dan tidak punya cara untuk membiayai isteri dan anak saya. Saya mendengar Raja Abadi adalah seorang yang murah hati, oleh sebab itu saya datang kemari untuk meminta pertolongannya,” jawab pengembara itu.

“Saya adalah orang yang kamu cari. Saya turut prihatin kepadamu yang sedang dalam situasi yang buruk, tapi saya kuatir tidak dapat membantumu lagi,” kata Raja Abadi. Mendengar pengakuan ini, pengembara tersebut berbicara sambil menangis, “Jika saya tidak dapat melunasi hutang saya, saya pasti akan dibunuh saat pulang ke rumah, dan isteri serta anak saya akan mati kelaparan. Apa yang harus saya perbuat?”

Iba dengan perkataan pria tersebut, Raja Abadi menghiburnya, “Janganlah berputus asa. Saya mendengar raja yang baru telah berjanji untuk memberi hadiah yang luar biasa bagi siapa pun yang dapat menangkap saya. Cukup serahkan saya saja dan kamu akan menjadi kaya raya.”

“Saya tidak tega melakukan itu. Kamu adalah orang yang sangat baik,” kata pengembara terkejut.

“Saya pernah bersumpah saya akan melakukan yang terbaik untuk menolong siapa pun yang sedang membutuhkan. Karena raja baru menginginkan saya, biarlah saya menggunakan yang terbaik dari sisa hidup saya dan membantumu melunasi hutang-hutangmu,” bujuk Raja Abadi.

Dengan segan, pengembara mengikat Raja Abadi dan membawanya ke istana. Ketika putera mahkota mendengar tentang hal itu, dengan tergesa-gesa ia menuju ke istana, namun ayahnya sudah dibawa ke tempat eksekusi. Pesan terakhir Raja Abadi, “Sudah menjadi kewajiban kita untuk bermurah hati dan memperhatikan sesama. Kita tidak boleh membiarkan kesulitan-kesulitan atau kesengsaraan mengubah cara kita memperlakukan orang.”
 
  Sang putera mahkota tahu pesan-pesan tersebut ditujukan padanya. Ia juga tahu kalau ayahnya tidak menginginkannya membalas dendam atas kematiannya, tapi hatinya dipenuhi rasa pedih. “Ayah saya telah dibunuh. Bagaimana mungkin saya dapat hidup dengan tenang mulai saat ini? Saya harus membalas dendam,” tekad putera mahkota.
 
Ia kembali ke kota, tempat ia tinggal dengan menyamar di rumah rakyat biasa. Putera mahkota membantu pemilik rumah menanam sayur-sayuran. Ia sangat mencurahkan perhatiannya saat menaman sayur-sayuran tersebut, dan sayur-sayurannya tumbuh dengan subur. Ketika seorang menteri dari pengadilan kerajaan menyantap sayur-sayuran yang dihasilkan putera mahkota, ia sangat memujinya dan meminta putera mahkota untuk menyiapkan santapan untuk raja yang baru.

Raja sangat menikmati santapan tersebut, sehingga ia memutuskan untuk mempekerjakan putera mahkota yang masih muda ini untuk dirinya. Berangsur-angsur putera mahkota muda tersebut mendapat kepercayaan raja dan menjadi pengawalnya.

Suatu hari raja dan rombongannya pergi berburu ke pegunungan-pegunungan. Ia bersama sang putera mahkota terpisah dari rombongan lainnya dan tersesat. Setelah mengembara di pegunungan berhari-hari lamanya, raja kelelahan dan kelaparan. Ia tidak memiliki kekuatan lagi untuk melanjutkan perjalanan. Ia mempercayakan pedangnya kepada sang putera mahkota dan tertidur lelap. Kepala raja bersandar pada pangkuan putera mahkota muda.

Inilah kesempatan amat baik untuk membalas dendam atas ayahnya! Tapi sang putera mahkota ragu-ragu. Hatinya berkata, “Sewaktu ayah masih hidup, ia selalu mengajarkan saya untuk mengasihi dan menunjukkan belas kasihan kepada sesama. Meskipun raja yang baru tamak dan tidak berperikemanusiaan, melihatnya tertidur lelap di pangkuanku, ia tampak seperti ayahku sendiri. Lagipula, ia adalah ayah dari seseorang juga.”

Raja baru dengan bergegas terbangun. Ia berkata bahwa telah bermimpi kalau Raja Abadi dan putera mahkotanya sedang berusaha membunuhnya. “Meskipun ia seorang raja, ia masih tidak dapat tidur dengan lelap,” sang putera mahkota merenung sendiri, “Ia pasti benar-benar sudah dikuasai oleh rasa takut.” Putera mahkota tiba-tiba merasa iba terhadap raja tersebut. Ia berkata kepada raja, “Tidurlah kembali. Saya di sini untuk melindungimu. Kamu tidak perlu takut.”

Setelah tidur kembali, seketika raja terbangun kembali. “Saya bermimpi tentang sang puter mahkota lagi, dan ia mengatakan tidak akan memaafkan saya.” Ia bangun perlahan-lahan dan mulai bercerita, “Semenjak saya menyerbu kerajaan ini dan membunuh Raja Abadi, saya tidak melewati hari yang tenang. Seakan-akan saya hidup dalam neraka, terus-menerus disiksa oleh rasa takut dan kepedihan yang mendalam. Betapa menyesalnya saya atas apa yang telah saya perbuat.”

Sang putera mahkota dapat merasakan bahwa raja tersebut benar-benar menyesal. “Janganlah takut. Saya adalah putera mahkota yang kamu takuti. Saya harus mengakui bahwa saya berniat membunuhmu sewaktu kamu sedang tertidur. Tapi saya teringat ayah saya dan bagaimana ia selalu mengajarkan saya untuk melayani sesama dengan kebaikan. Saya tidak mau mencemarkan namanya, sehingga saya putuskan untuk melupakan semua dendam.”

Raja sangat terharu mendengar apa yang dikatakan putera mahkota, “Terima kasih banyak telah memaafkan saya. Saya tidak dapat mengungkapkan rasa terima kasih saya kepadamu, tapi saat ini kita berdua tersesat di dalam hutan. Jika kita tidak dapat keluar dari sini dengan segera, kita pasti akan tewas.”

Sang putera mahkota tertawa dan berkata, “Kita tidak tersesat. Saya dengan sengaja mengarahkanmu menjauh dari yang lainnya. Sekarang saya akan mengeluarkanmu dari hutan.”

Sewaku raja kembali ke istana, ia memanggil seluruh menteri-menterinya. Untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada sang pangeran, ia mengumumkan bahwa ia akan mengembalikan seluruh kerajaan kepadanya. Melihat betapa baiknya dan murah hatinya sang putera mahkota, menteri-menteri bersuka cita mengelu-elukannya raja.

———————————————————-

Pesan Master Cheng Yen:

Kebaikan dan kejahatan hanyalah memiliki batas yang tipis. Meskipun sang putera mahkota menghormati ayahnya dan selalu mengingat pesan orangtua tersebut dalam pikirannya, namun ia tetap merasa sulit untuk memaafkan orang yang telah membunuh ayahnya. Untungnya, ia menemukan kekuatan pada kebaikan dan rasa menyayangi yang telah dicontohkan oleh ayahnya, hingga akhirnya ia mampu memaafkan dan melupakan dendamnya.

Pada umumnya orang sulit untuk menenangkan pikiran. Sewaktu hal-hal buruk terjadi padanya, kebajikan dan maksud-maksud baik hilang dari pikirannya. Sikap mereka menjadi aneh dan mereka menyimpang dari jalan yang benar. Oleh karenanya, sangatlah penting bagi kita untuk menjaga pikiran kita dan menghindari pikiran-pikiran buruk sehingga kita dapat kembali pada sifat dasar yang murni dan tetap pada jalan yang benar.

Prolog :
Yadisam labhate bijam
Tadisam labhate phalam
Kalyanakari ca kalyanam
Papakari ca papakam

Sesuai dgn benih yang telah ditabur
Begitulah buah yang akan dipetiknya
Pembuat kebaikan akan menerima kebaikan
Pembuat kejahatan akan menerima kejahatan
(Samyuta Nikaya, 1.293)

Artikel ini saya tulis utk menambah wawasan ttg nasib, takdir, dan bagaimana merubahnya. Tulisan ini sekedar berbagi pencerahan untuk yang berminat, bagi yang tak berminat  ga usah dibaca. Tentu saja nuansa Buddhisme nya cukup kental, namun aplikasinya universal dan bisa dilakukan siapapun dan dimanapun.
Mari kita mulai.

Banyak orang yang menghadapi berbagai rintangan dlm perjalanan hidupnya. Kegagalan dalam usaha atau kegagalan dalam perkawinannya maupun penderitaan karena penyakit. Dalam perjalanan hidup ini banyak sudah kita saksikan orang miskin menjadi sukses dan kaya namun tak kalah banyaknya orang sukses yang mengalami kegagalan dalam hidup. Manusia benar-benar terikat kuat oleh nasib yang telah ditakdirkan. Segala kesuksesan, kegagalan, kegembiraan dan kesedihan, pertemuan dan perpisahan, berbagai macam pengalaman semuanya dikendalikan oleh nasib dan takdir. Sedikitpun tak bisa meloloskan diri dari nasib yg telah di takdirkan. Tak sedikit orang berusaha merubah nasibnya namun lebih banyak yg tak tahu bagaimana dan apa prinsip utama merubah nasib. Dan memang tak mendapatkan cara yang tepat hingga akhirnya menjadi sia-sia belaka. Lanjut Baca »